Ketika badan anti-monopoli China memperketat peraturannya tentang pemain besar teknologi dan menerapkan berbagai denda, Alibaba mengalami pukulan keras dengan rekor tertinggi denda anti-monopoli sebesar 18,2 miliar yuan (lebih dari 2,8 miliar USD) karena dugaan menyalahgunakan dominasi pasar. Sebulan kemudian Alibaba Group Holdings Limited (NYSE: BABA) mengumumkan hasil Kuartal I-2021 dengan kenaikan pendapatan sebesar 64% dibandingkan dengan pendapatan pada tahun sebelumnya. Perusahaan ini menjangkau lebih dari 1 miliar konsumen aktif tahunan, termasuk 891 juta konsumen di seluruh pasar ritel Cina[1]. Dengan demikian Alibaba membuktikan posisi yang kuat dari model bisnis serta kedudukannya.
"Alibaba mencapai tonggak bersejarah dengan satu miliar konsumen aktif tahunan secara global pada tahun fiskal yang berakhir pada bulan Maret 2021," begitu komentar Daniel Zhang, Ketua dan Pejabat Eksekutif Utama Alibaba Group.
"Kami akan terus fokus pada pengalaman pelanggan dan penciptaan nilai melalui inovasi, sambil melanjutkan misi kami untuk memudahkan berbisnis di mana saja di era digital," tambahnya.
Pada tahun 2000 ketika Alibaba telah berada di pasar hanya selama 1 tahun hanya ada 1,8% orang Cina yang online. Saat ini, lebih dari 50% penduduk sudah online.
Sampai dengan tahun 2007, semuanya tidak diatur - namun, pada tahun itu, pemerintah Cina membuat keputusan bahwa semua platform yang berbagi video perlu dilisensikan. Keputusan itu adalah alasan yang membuat Baidu, Alibaba dan Tencent mendominasi pasar. Perizinan eksklusif tersebut adalah bentuk respon terhadap tekanan internasional, terutama dari Motion Picture Association of America.
Namun demikian, Alibaba mengambil keuntungan dari regulasi tersebut dan berusaha untuk menjadi salah satu perusahaan retail dan e-commerce terbesar di dunia.
[1] Siaran Pers Alibaba: https://www.alibabagroup.com/en/news/press_pdf/p210513.pdf